MARHABAN YA RAMADHAN

MARHABAN YA RAMADHAN

Seluruh umat Islam kini menyerukan 'Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Ramadhan", selamat datang Ramadhan, Selamat datang Ramadhan. Di masjid-masjid, musholla, koran-koran, stasiun televisi dan radio dan berbagai mailing list, ungkapan selamat datang Ramadhan tampil dengan berbagai ekpresi yang variatif.

Setiap media telah siap dengan dengan sederet agendanya masing-masing. Ada rasa gembira, ke-khusyu'-an, harapan, semangat dan nuansa spiritualitas lainnya yang sarat makna untuk diekpresikan. Itulah Ramadhan, bulan yang tahun lalu kita lepas kepergiannya dengan linangan air mata, kini datang kembali.

Sejumlah nilai-nilai dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun marak dikaji dan kembangkan. Ada nilai sosial, perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong, solidaritas, kebersamaan, persahabatan dan semangat prularisme. Ada pula manfaat lahiriah seperti: pemulihan kesehatan (terutama perncernaan dan metabolisme), peningkatan intelektual, kemesraan dan keharmonisan keluarga, kasih sayang, pengelolaan hawa nafsu dan penyempurnaan nilai kepribadian lainnya. Ada lagi aspek spiritualitas: puasa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, ketaqwaan dan penjernihan hati nurani dalam berdialog dengan al-Khaliq. Semuanya adalah nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa yang selayaknya tidak hanya kita pahami sebagai wacana yang memenuhi intelektualitas kita, namun menuntut implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan kita.

Yang juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan tentunya adalah bagaimana kita merancang langkah strategis dalam mengisinya agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi, bukan hanya melulu mikir menu untuk berbuka puasa dan sahur saja. Namun, kita sangat perlu menyusun menu rohani dan ibadah kita. Kalau direnungkan, menu buka dan sahur bahkan sering lebih istemawa (baca: mewah) dibanding dengan makanan keseharian kita. Tentunya, kita harus menyusun menu ibadah di bulan suci ini dengan kualitas yang lebih baik dan daripada hari-hari biasa. Dengan begitu kita benar-benar dapat merayakan kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih mumpuni.

Ramadhan adalah bulan penyemangat. Bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap muslim. Ramadhan sebagai 'Shahrul Ibadah' harus kita maknai dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna. Ramadhan sebagai 'Shahrul Fath' (bulan kemenangan) harus kita maknai dengan memenangkan kebaikan atas segala keburukan. Ramadhan sebagai "Shahrul Huda" (bulan petunjuk) harus kita implementasikan dengan semangat mengajak kepada jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad Saw. Ramadhan sebagai "Shahrus-Salam" harus kita maknai dengan mempromosikan perdamaian dan keteduhan. Ramadhan sebagai 'Shahrul-Jihad" (bulan perjuangan) harus kita realisasikan dengan perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di muka bumi ini. Ramadhan sebagai "Shahrul Maghfirah" harus kita hiasi dengan meminta dan memberiakan ampunan.

Dengan mempersiapkan dan memprogram aktifitas kita selama bulan Ramadhan ini, insya Allah akan menghasilkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan terasa istimewa manakala melalui perjuangan dan jerih payah. Semakin berat dan serius usaha kita meraih kabahagiaan, maka semakin nikmat kebahagiaan itu kita rasakan. Itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan.

Pertama yaitu kebahagiaan ketika ia "Ifthar" (berbuka). Ini artinya kebahagiaan yang duniawi, yang didapatkannya ketika terpenuhinya keinginan dan kebutuhan jasmani yang sebelumnya telah dikekangnya, maupun kabahagiaan rohani karena terobatinya kehausan sipritualitas dengan siraman-siraman ritualnya dan amal sholehnya.

Kedua, adalah kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Inilah kebahagian ukhrawi yang didapatkannya pada saat pertemuannya yang hakiki dengan al-Khaliq. Kebahagiaan yang merupakan puncak dari setiap kebahagiaan yang ada.

Akhirnya, hikmah-hikmah puasa dan keutamaan-keutaman Ramadhan di atas, dapat kita jadikan media untuk bermuhasabah dan menilai kualitas puasa kita. Hikmah-hikmah puasa dan Ramadhan yang sedemikian banyak dan mutidimensional, mengartikan bahwa ibadah puasa juga multidimensional. Begitu banyak aspek-aspek ibadah puasa yang harus diamalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas dan mampu menghasilkan nilai-nilai positif yang dikandungnya. Seorang ulama sufi berkata "Puasa yang paling ringan adalah meninggalkan makan dan minum". Ini berarti di sana masih banyak puasa-puasa yang tidak sekedar beroleh dengan jalan makan dan minum selama sehari penuh, melainkan 'puasa' lain yang bersifat batiniah.

Semoga dengan mempersiapkan diri kita secara baik dan merencanakan aktifitas dan ibadah-ibadah dengan ihlas, serta berniat "liwajhillah wa limardlatillah", karena Allah dan karena mencari ridha Allah, kita mendapatkan kedua kebahagiaan tersebut, yaitu "sa'adatud-daarain" kebahagiaan dunia dan akherat. Semoga kita bisa mengisi Ramadhan tidak hanya dengan kuantitas harinya, namun lebih dari pada itu kita juga memperhatikan kualitas puasa kita

Indonesia Pusaka

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya


Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi

Daftar Kebudayaan Indonesia yg diklaim Malaysia

budayaNegara tetangga kembali berulah dengan melakukan klaim terhadap kebudayaan kita lagi. Kali ini yg menjadi sasaran adalah tari pendet asal Bali. Mereka menggunakannya utk iklan pariwisata malaysia. Setelah mereka “mengirim” teroris ke Indonesia, sekarang mereka mau “mencuri” kebudayaan Indonesia. Huh.. :(. Mereka begitu jeli memanfaatkan situasi dimana sebagian besar rakyat Indonesia sudah tidak begitu memperhatikan kebudayaannya sendiri. Situasi dimana rakyat Indonesia lebih bangga jika menggunakan yg berbau luar dan asing. Situasi dimana, kebudayaan2 tersebut sudah jarang dan hampir punah mungkin dari bumi pertiwi, dikarenakan hanya sedikit orang yg mau tetap melestarikannya. Saya masih ingat, ketika kecil kita sering bermain kuda lumping, dakon, gobak sodor dll. Tapi sekarang, anak2 lebih suka dengan Play Station, bermain ke Time Zone, nonton TV acara2 yg ngga bermutu. Media televisi, juga dengan latahnya mengikuti trend ini. Praktis, mungkin hanya TVRI yg cukup konsisten menayangkan acara budaya2 Indonesia, disamping TV2 lokal tentunya. Dan itupun pemirsanya cuman sedikit.

Ini menjadi cambuk bagi kita untuk instropeksi, disamping memang ulah negara sebelah yg kelewat batas. Ada puluhan budaya yg telah diklaim oleh negara sebelah. Dan berikut ini daftarnya :

1. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia

2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia

3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia

4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia

5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia

6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia

7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia

8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia

9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia

10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia

11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia

12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia

13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia

14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia

15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia

16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia

17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia

18. Kain Ulos oleh Malaysia

19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia

20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia

21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

PROKLAMASI



suasana proklamasi

40 Fakta Dunia Terlucu

40 Fakta Dunia Terlucu

1. Coca-cola dulu berwarna hijau.
2. Nama yang paling umum digunakan di dunia adalah Mohammed.
3. Dalam bahasa inggris, semua nama benua diawali dan diakhiri dengan huruf vokal yang sama.
4. Otot terkuat yang ada di badan kita adalah lidah.
5. Setiap orang di USA punya 2 kartu kredit!
6. TYPEWRITER adalah kata terpanjang yang dapat diketik dalam satu baris tuts keyboard anda.
7. Perempuan ngedip dua kali lebih banyak dari pada laki-laki.
8. Menahan nafas tidak akan membuatmu mati.
9. Setiap manusia tidak dapat menjilat siku tangannya sendiri.
10. Kalau ada orang mengucapkan doa setiap kali ada yang bersin karena memang setiap kali kau bersin, jantungmu berhenti satu milisecond.
11. Secara fisik, setiap babi tidak bisa melihat ke langit.
12. Ucapkan “sixth sick sheik’s sixth sheep’s sick” beberapa kali, nanti anda akan mahir berbahasa inggris!
13. Bersin terlalu keras dapat mematahkan tulang iga, memutuskan pembuluh darah di kepala atau leher dan mengakibatkan kematian.
14. Setiap raja dalam kartu remi melambangkan raja-raja besar jaman dahulu kala:

Raja sekop - Raja Daud
Raja keriting - Alexander Agung
Raja hati - Raja Charlemagne
Raja wajik - Julius Caesar

15. 111,111,111 x 111,111,111 = 12,345,678,987, 654,321
16. Kalau ada patung orang naik kuda dan dua kaki depan kuda itu naik di udara, itu tandanya orang itu mati dalam perang.
17. Kalau kaki kudanya cuma satu yang diangkat berarti orang itu cuma terluka dalam perang.
18. Kalau semua kaki kudanya menjejak tanah, berarti orang itu meninggal karena sakit.
19. Apa persamaan rompi anti peluru, printer laser, tangga darurat dan wiper mobil? Jawabannya: semua ditemukan oleh perempuan! Hah!
20. Satu-satunya makanan yang tidak bisa busuk? Jawaban: madu.
21. Buaya nggak bisa melet lidah.
22. Siput bisa tidur selama 3 tahun.
23. Semua beruang kutub KIDAL!
24. American Airlines menghemat $40,000 tahun 1987 dengan cara mengurangi 1 buah olive dari setiap piring salad yang mereka sajikan untuk penumpang kelas 1.
25. Indera perasa kupu-kupu ada di kaki.
26. Gajah adalah satu-satunya hewan yang tidak bisa lompat.
27. Selama 4000 tahun belakangan ini, jenis hewan yang dipelihara di rumah cuma itu-itu saja.
28. Rata-rata manusia lebih takut pada laba-laba daripada kematian.
29. Shakespeare menemukan kata: “Assassination” dan “bump”
30. Dengan menggunakan cara mengetik 10 jari, STEWARDESSES adalah kata terpanjang yang bisa diketik hanya dengan jari-jari tangan kiri.
31. Semut selalu jatuh ke kanan setiap kali disemprot cairan anti hama
32. Kursi listrik ditemukan oleh seorang dokter gigi
33. Jantung manusia dapat menyemprotkan darah sejauh 30 kaki.
34. Dalam 18 bulan, 2 ekor tikus bisa punya lebih dari sejuta anak tikus!
35. Memakai headphone selama satu jam dapat menstimulasi perkembangan bakteri dalam telinga sebanyak 700 kali lipat!
36. Pemantik ditemukan sebelum korek api.
37. Setiap lipstik mengandung sisik ikan.
38. Seperti sidik jari, lidah manusia pun mempunyai kontur yang berbeda-beda.
39. 99% orang yang membaca tulisan ini mencoba mengalikan fakta no. 15
40. Dan akhirnya, 99% orang yang baca tulisan ini pasti mencoba menjilat siku

The Red Shoes

The Red Shoes
PDF Print E-mail

by Hans Christian Andersen


Once upon a time there was little girl, pretty and dainty. But in summer time she was obliged to go barefooted because she was poor, and in winter she had to wear large wooden shoes, so that her little instep grew quite red.
In the middle of the village lived an old shoemaker's wife; she sat down and made, as well as she could, a pair of little shoes out of some old pieces of red cloth. They were clumsy, but she meant well, for they were intended for the little girl, whose name was Karen.
Karen received the shoes and wore them for the first time on the day of her mother's funeral. They were certainly not suitable for mourning; but she had no others, and so she put her bare feet into them and walked behind the humble coffin.
Just then a large old carriage came by, and in it sat an old lady; she looked at the little girl, and taking pity on her, said to the clergyman, "Look here, if you will give me the little girl, I will take care of her."
Karen believed that this was all on account of the red shoes, but the old lady thought them hideous, and so they were burnt. Karen herself was dressed very neatly and cleanly; she was taught to read and to sew, and people said that she was pretty. But the mirror told her, "You are more than pretty - you are beautiful."
One day the Queen was travelling through that part of the country, and had her little daughter, who was a princess, with her. All the people, amongst them Karen too, streamed towards the castle, where the little princess, in fine white clothes, stood before the window and allowed herself to be stared at. She wore neither a train nor a golden crown, but beautiful red morocco shoes; they were indeed much finer than those which the shoemaker's wife had sewn for little Karen. There is really nothing in the world that can be compared to red shoes!
Karen was now old enough to be confirmed; she received some new clothes, and she was also to have some new shoes. The rich shoemaker in the town took the measure of her little foot in his own room, in which there stood great glass cases full of pretty shoes and white slippers. It all looked very lovely, but the old lady could not see very well, and therefore did not get much pleasure out of it. Amongst the shoes stood a pair of red ones, like those which the princess had worn. How beautiful they were! and the shoemaker said that they had been made for a count's daughter, but that they had not fitted her.

"I suppose they are of shiny leather?" asked the old lady. "They shine so."
"Yes, they do shine," said Karen. They fitted her, and were bought. But the old lady knew nothing of their being red, for she would never have allowed Karen to be confirmed in red shoes, as she was now to be.
Everybody looked at her feet, and the whole of the way from the church door to the choir it seemed to her as if even the ancient figures on the monuments, in their stiff collars and long black robes, had their eyes fixed on her red shoes. It was only of these that she thought when the clergyman laid his hand upon her head and spoke of the holy baptism, of the covenant with God, and told her that she was now to be a grown-up Christian. The organ pealed forth solemnly, and the sweet children's voices mingled with that of their old leader; but Karen thought only of her red shoes. In the afternoon the old lady heard from everybody that Karen had worn red shoes. She said that it was a shocking thing to do, that it was very improper, and that Karen was always to go to church in future in black shoes, even if they were old.
On the following Sunday there was Communion. Karen looked first at the black shoes, then at the red ones - looked at the red ones again, and put them on.
The sun was shining gloriously, so Karen and the old lady went along the footpath through the corn, where it was rather dusty.
At the church door stood an old crippled soldier leaning on a crutch; he had a wonderfully long beard, more red than white, and he bowed down to the ground and asked the old lady whether he might wipe her shoes. Then Karen put out her little foot too.
"Dear me, what pretty dancing-shoes!" said the soldier. "Sit fast, when you dance," said he, addressing the shoes, and slapping the soles with his hand.
The old lady gave the soldier some money and then went with Karen into the church.
And all the people inside looked at Karen's red shoes, and all the figures gazed at them; when Karen knelt before the altar and put the golden goblet to her mouth, she thought only of the red shoes. It seemed to her as though they were swimming about in the goblet, and she forgot to sing the psalm, forgot to say the "Lord's Prayer."

Now every one came out of church, and the old lady stepped into her carriage. But just as Karen was lifting up her foot to get in too, the old soldier said: "Dear me, what pretty dancing shoes!" and Karen could not help it, she was obliged to dance a few steps; and when she had once begun, her legs continued to dance. It seemed as if the shoes had got power over them. She danced round the church corner, for she could not stop; the coachman had to run after her and seize her. He lifted her into the carriage, but her feet continued to dance, so that she kicked the good old lady violently. At last they took off her shoes, and her legs were at rest.
At home the shoes were put into the cupboard, but Karen could not help looking at them.
Now the old lady fell ill, and it was said that she would not rise from her bed again. She had to be nursed and waited upon, and this was no one's duty more than Karen's. But there was a grand ball in the town, and Karen was invited. She looked at the red shoes, saying to herself that there was no sin in doing that; she put the red shoes on, thinking there was no harm in that either; and then she went to the ball; and commenced to dance.
But when she wanted to go to the right, the shoes danced to the left, and when she wanted to dance up the room, the shoes danced down the room, down the stairs through the street, and out through the gates of the town. She danced, and was obliged to dance, far out into the dark wood. Suddenly something shone up among the trees, and she believed it was the moon, for it was a face. But it was the old soldier with the red beard; he sat there nodding his head and said: "Dear me, what pretty dancing shoes!"
She was frightened, and wanted to throw the red shoes away; but they stuck fast. She tore off her stockings, but the shoes had grown fast to her feet. She danced and was obliged to go on dancing over field and meadow, in rain and sunshine, by night and by day - but by night it was most horrible.

She danced out into the open churchyard; but the dead there did not dance. They had something better to do than that. She wanted to sit down on the pauper's grave where the bitter fern grows; but for her there was neither peace nor rest. And as she danced past the open church door she saw an angel there in long white robes, with wings reaching from his shoulders down to the earth; his face was stern and grave, and in his hand he held a broad shining sword.
"Dance you shall," said he, "dance in your red shoes till you are pale and cold, till your skin shrivels up and you are a skeleton! Dance you shall, from door to door, and where proud and wicked children live you shall knock, so that they may hear you and fear you! Dance you shall, dance!"
"Mercy!" cried Karen. But she did not hear what the angel answered, for the shoes carried her through the gate into the fields, along highways and byways, and unceasingly she had to dance.
One morning she danced past a door that she knew well; they were singing a psalm inside, and a coffin was being carried out covered with flowers. Then she knew that she was forsaken by every one and damned by the angel of God.
She danced, and was obliged to go on dancing through the dark night. The shoes bore her away over thorns and stumps till she was all torn and bleeding; she danced away over the heath to a lonely little house. Here, she knew, lived the executioner; and she tapped with her finger at the window and said:
"Come out, come out! I cannot come in, for I must dance."
And the executioner said: "I don't suppose you know who I am. I strike off the heads of the wicked, and I notice that my axe is tingling to do so."
"Don't cut off my head!" said Karen, "for then I could not repent of my sin. But cut off my feet with the red shoes."
And then she confessed all her sin, and the executioner struck off her feet with the red shoes; but the shoes danced away with the little feet across the field into the deep forest.
And he carved her a pair of wooden feet and some crutches, and taught her a psalm which is always sung by sinners; she kissed the hand that guided the axe, and went away over the heath.

"Now, I have suffered enough for the red shoes," she said; "I will go to church, so that people can see me." And she went quickly up to the church-door; but when she came there, the red shoes were dancing before her, and she was frightened, and turned back.
During the whole week she was sad and wept many bitter tears, but when Sunday came again she said: "Now I have suffered and striven enough. I believe I am quite as good as many of those who sit in church and give themselves airs." And so she went boldly on; but she had not got farther than the churchyard gate when she saw the red shoes dancing along before her. Then she became terrified, and turned back and repented right heartily of her sin.
She went to the parsonage, and begged that she might be taken into service there. She would be industrious, she said, and do everything that she could; she did not mind about the wages as long as she had a roof over her, and was with good people. The pastor's wife had pity on her, and took her into service. And she was industrious and thoughtful. She sat quiet and listened when the pastor read aloud from the Bible in the evening. All the children liked her very much, but when they spoke about dress and grandeur and beauty she would shake her head.
On the following Sunday they all went to church, and she was asked whether she wished to go too; but, with tears in her eyes, she looked sadly at her crutches. And then the others went to hear God's Word, but she went alone into her little room; this was only large enough to hold the bed and a chair. Here she sat down with her hymn-book, and as she was reading it with a pious mind, the wind carried the notes of the organ over to her from the church, and in tears she lifted up her face and said: "O God! help me!"
Then the sun shone so brightly, and right before her stood an angel of God in white robes; it was the same one whom she had seen that night at the church-door. He no longer carried the sharp sword, but a beautiful green branch, full of roses; with this he touched the ceiling, which rose up very high, and where he had touched it there shone a golden star. He touched the walls, which opened wide apart, and she saw the organ which was pealing forth; she saw the pictures of the old pastors and their wives, and the congregation sitting in the polished chairs and singing from their hymn-books. The church itself had come to the poor girl in her narrow room, or the room had gone to the church. She sat in the pew with the rest of the pastor's household, and when they had finished the hymn and looked up, they nodded and said, "It was right of you to come, Karen."

"It was mercy," said she.
The organ played and the children's voices in the choir sounded soft and lovely. The bright warm sunshine streamed through the window into the pew where Karen sat, and her heart became so filled with it, so filled with peace and joy, that it broke. Her soul flew on the sunbeams to Heaven, and no one was there who asked after the Red Shoes.

hari buruk bagi maen anak kecil yg udo

sumanto-sosro

LELUCON PAPUA

Akhirna Masuk Neraka

Ompay satu de meninggal, trus dia naik pada malaikat. Dia liat orang-orang yang su mati di adili, diliat apa masuk surga ato neraka.

Ompay su takut krena de pu teman banyak yang masuk neraka, pada gilirannya dia menghadap malaikat, lalu de tanya pada malaikat "kira-kira sa masuk surga ka neraka???!!!

Malaikat : "Ado.....kamu kurang satu angka lagi masuk neraka..."

Ompay : "Memang kenapa ka?"

Malaikat : "Nilai dosa 200 keatas masuk neraka, untung kamu dapat nilai 199."

Ompay : "Anjing.....untung sa tidak masuk neraka..."

malaikat : "Yooooo... ko sekarang masuk neraka karna tambah satu kata jorok......

LELUCON PAPUA 2


Sapa Pu Bapa Paling Cepat?

Ada tiga orang anak kecil mo, dorang pu nama Obed, Markus deng Pilemon. Dorang tiga lagi baku debat tentang sapa pu Bapa yang paling cepat.

Markus : "Sa pu Bapa sudah paling cepat. Bapa atlit panah toooo, jadi setelah Bapa de lepas itu panah. Bapa lari dan bisa sampae lebe dolo dari pada itu
panah. Bagemana, mantap tooo sa pu Bapa ..??"

Pilemon : "Ahh, itu su biasa kawan, coba ko dengar ini !! Sa pu Bapa ne seorang pemburu. Setelah Bapa tembakkan Bapa pu peluru, Bapa de lari dan bisa sampae tempo dari pada itu peluru. Mamaeee.... itu sa pu Bapa de pu cepat saja, bagaimana coba ?"

Obed : "Adoooo. sudah, ko dua pu Bapa maseh kalah cepat deng sa pu Bapa. Sa pu Bapa ne seorang pegawai tooo. Sa pu Bapa ne pung kantor pulang pukul 5
sore, tetapi de su sampe rumah nih pukul 4 sore. Cepat tooo...!!?"

Markus dengan Pilemon baku liat : "Iyooo ko Obed, ko pu Bapa paling cepat yoooo .... Cukarbeleng !!!"

vlu babi lucu

Lebih Berbahaya Dari Virus Flu Babi

Akhir-akhir ini masyarakat ditakutkan denga adanya flu babi ( H1N1 ) yang secara global mulai menjangkit dimana-mana.

Akan tetapi menurut penelitian terbaru dari FDA Us Oleh Dr Jim Roberst,peneliti lulusan chicago health instistute,ditemukan jenis virus baru yang mana virus ini merupakan jenis varian terbaru dari virus H1N1 yang perkembangannya jauh lebih cepat dari Induknya.

Gejala dari Yang terkena Virus ini penderita akan mengalami suatu suatu perasaan ephoria di dalam dirinya bahkan pendrita tidak menyadari kalau dirinya sedang mengidap virus berbahaya ini dan dalam jangka waktu 1-2 tahun penderita bisa mengalami Kematian mendadak.

Dan yang paling mengejutkan Virus baru ini telah menjangkit 2 orang di Indonesia dan telah memamakan 1 korban

Oknum yang terjangkit Virus ini tidak pandang bulu, Di Indonesia sendiri Virus ini ternyata menjangkiti oknum pejabat, sehingga konon kabarnya ketua KPK juga terinfeksi Virus tersebut dan salah satu dirut BUMN meninggal akibat keaganasan virus ini.


VIRUS BARU INI DINAMAKAN : R4N1

Noordin M Top Berdasarkan Primbon

Noordin M Top Berdasarkan Primbon


Ciri-ciri kematian Noordin M Top berdasarkan primbon nama sebenarnya harusnya mati di atap rumah.

Berikut ini adalah nama-nama Noordin berdasarkan primbonnya :

1. Kalau mati di kamar mandi = Noordin M Pup,
2. Kalau mati di kolam = Noordin M Pang,
3. Kalo mati di Clubbing = Noordin M Club or M bassy,
4. Kalo mati di taman lawang = Noordin M beeeerrr...

Lagu Lupa-Lupa Ingat (Versi Jawa)

Lagu Lupa-Lupa Ingat (Versi Jawa)

Le ayo ayo rame rame kita kumpul tapi gak kebo
Le duduk nyanyi tulo tulo ayo kabeh nyanyi yoo

*
Lali,lali lali lali,lali meneh syaire
Lali,lali lali lali,lali meneh syaire
Eling,eling eling elik,cumak eling kuncine
Eling,aku eling eling,cumak eling kuncine

**
C A minor D minor nang G nang C meneh
A minor D minor nang G nang C meneh
A minor D minor nang G nang C meneh

Mbalik nang *, **

C A minor D minor nang G nang C meneh
A minor D minor nang G nang C meneh
A minor D minor nang G nang C meneh
A minor D minor nang G nang C meneh
A minor D minor nang G nang C meneh
A minor D minor nang G nang C meneh

Nah wes teko C kita nang di meneh ki,
wes a kita nang C meneh ae (nang C meneh) ojok pusing-pusing
Tau nih koyoke nang C meneh wae (nang C meneh) ojok meloki

teruso
Berantakan iki seng entok (neng C meneh)
Ey seng bener wesa ganti iki
Nang C meneh neng C meneh (nang C minoor)

aku

Ini adalah saya
Saya adalah manusia paling banyol menurut teman-teman saya.
Saya biasa dipanggil master atau mr. bean